Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MUJAHADAH DAN HIJRAH



Sungguh tidak asing lagi ditelinga kita tentang yang namanya Hijrah. Pada zaman Rasulullah, hijrah dilakukan karena:

1)_Perintah Allah

2)_Banyaknya penindasan terhadap kaum muslimin

3)_Sulitnya untuk menda'wahkan Islam ditengah tengah orang orang kafir Mekkah. 

 Karna keada'an yang demikian itu sehingga Rosullah salallahu alaihiwas salam memerintahkan hijrah pertama yaitu kenegri Habasayah,yang pada kala itu mereka yang berhijrah sebanyak enam belas sahabat nabi,dua belas orang laki laki dan empat orang wanita dan dikepalai oleh sahabat Utsman bin Affan. Rasulullah saw memilih negri Habbasyah atau sekarang bernama Ethiopia,karna raja dinegri tersebut terkenal.dengan raja yang adil dan tidak ada seorangpun yang terdzolimi.

 karna di Makkah pada waktu itu tidak dalam kondisi aman bahkan berada dalam kondisi yang memprihatinkan sehingga kaum muslimin diperintahkan untuk hijrah ke Habasyah yang kedua setelah kaum kafir Quraisy melakukan pemboikotan. Adapun bentuk pemboikotan tersebut mulai dari larangan berbicara dengan orang Islam, melakukan perkawinan, dan transaksi jual beli. Kemudian Nabi Muhammad salallahu alaihiwas salam memerintahkan kaum Muhajirin untuk hijrah ke Habasyah guna menghindari kesempitan hidup dan kesengsaraan. Hijrah ke Habasyah yang kedua dipimpin oleh Ja'far bin Abi Thalib. Dan kali ini diikuti  lebih banyak umat Muslim daripada hijrah yang pertama. Menurut sebuah riwayat, hijrah ke Habasyah tahap dua diikuti oleh 101 umat Islam, yang terdiri atas 83 laki-laki dan 18 perempuan.

Ketika orang orang Qurais mengetahui tentang  hijrah yang kedua ini, pada saat itulah, mereka mengirim beberapa orang terbaik mereka yaitu Amru bin Al-‘Ash dan ‘Abdullah bin Abi Rabi’ah, mereka juga mengirim hadiah yang bernilai tinggi untuk diberikan kepada Najasyi dan tokoh-tokoh agamanya serta para petinggi kerajaan. Setelah mereka sampai dan bermaksud menemui Najasyi yang sebelumnya mereka telah berikan sogokan kepada pejabat dan pemuka agama dengan tujuan agar tatkala terjadi dialog, maka mereka memberikan dukungan hingga maksud untuk mengeluarkan umat Islam dari lingkungan Najasyi bisa berjalan mulus.

Hanya saja sikap raja Najasyi tidak semudah itu dalam menerima masukan. Ia menginginkan agar semua yang terlibat dalam masalah itu dipertemukan untuk mendengar alasan masing-masing. Umat Islam datang dan telah sepakat menunjuk Ja’far bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu sebagai juru bicara.

Najasyi bertanya kepada umat Islam, “Agama baru apa yang kalian anut, yang menyebabkan kaum kalian terpecah dua, kalian tidak masuk ke dalam agama saya dan tidak masuk ke dalam salah satu agama yang ada.”

Ja’far berkata, “Wahai paduka Raja, dulu kami adalah masyarakat yang hidup dalam kebodohan, kami menyembah patung dan memakan bangkai, melakukan perzinaan, memutuskan hubungan silaturahim, mengganggu tetangga, yang kuat di antara kami memeras yang lemah. Kondisi ini terjadi atas kami hingga Allah mengutus kepada kami seorang Rasul yang kami kenal dari nasab keturunan, kejujuran, amanah, hingga kesuciannya. Dia mengajak kami untuk menyembah Allah, tidak mempersekutukan-Nya dengan meninggalkan apa yang telah nenek moyang kami lakukan, seperti menyembah berhala dan batu"Dialog terus berlangsung antara Najasyi dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum hingga berakhir dengan kegagalan misi dan tipu daya Quraisy dalam memulangkan umat Islam. Utusan itu kembali ke Makkah dengan membawa kekecewaan dan umat Islam semakin mendapatkan perlindungan yang kuat.

 Yang terakhir adalah Hijrah yang ke tiga yaitu hijrah ke Madinah.Namun pemandangan ini sangat menyakitkan hati kaum kafir Quraisy. Sehingga mendorong mereka melakukan berbagai upaya untuk menghalangi kaum muslimin hijrah. Misalnya dengan menahan harta kaum muslimin dan melarang membawanya. Terkadang dengan menahan dan mengurung sebagian anggota keluarga kaum muslimin. Disamping itu, mereka juga melakukan supaya kaum muslimin yang sudah berada di Madinah kembali ke Makkah.

Namun upaya kaum kafir Quraisy ini tidak membuat kaum muslimin bergeming dari niat semula. Mereka benar-benar sudah siap berpisah dengan harta benda miliknya, keluarganya, dan kenikmatan dunia dan penghidupan lainnya yang telah mereka peroleh di Makkah, demi menyambut panggilan aqidah. Dan sungguh, hijrah ini menjadi pijakan pertama berkibarnya panji tauhid.

 Allah berfirman dalam Al Qur'an:

فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ ۖ بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ ۖ فَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَأُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي وَقَاتَلُوا وَقُتِلُوا لَأُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأُدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ثَوَابًا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ

Artinya: “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian ya lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik". (QS. Ali ‘Imron :195). 

 Mari kita bulatkan tekad untuk menjadi lebih baik dengan mujahadah pantang menyerah menuju kepada amalan yang lebih baik,lisan yang lebih terjaga,dan tangan Darmawan yang selalu menolong dan hindari pergaulan serta permainan yang bisa memalaikan kita.

Imam Ali Ibnu Abi Thalib Karramallahu Wajhah, pernah berkata : Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia adalah orang yang beruntung, dan barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia adalah orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia adalah orang yang celaka. 

Dikatakan dalam sebuah hadits

Rasulullah Shallallahu 'alaihiwasalam bersabda:

الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

 Artinya:"Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan.”. (HR Bukhari :52).

Posting Komentar untuk "MUJAHADAH DAN HIJRAH"