Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KEUTAMA'AN MENGASUH ANAK YATIM



Yatim adalah anak masih kecil (dibawah akhil baligh) yang ditinggal mati oleh bapaknya meskipun dia masih punya ibu kakek atau nenek.

Pada zaman semodern ini ,masih banyak ummat Islam yang bertindak sewenang wenang dengan anak yatim,terlebih lagi dengan anak yatim yang fakir. 

Padahal  Allah SWT telah berfirman dalam Al Qur'an:

فَاَمَّا الْيَتِيْمَ فَلَا تَقْهَرْۗ

 Artinya:"Maka terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang.

Dalam tafsirnya

dengan karunia Allah yang demikian agung itu, maka berbuat baiklah terhadap anak yatim dan janganlah engkau berlaku sewenang-wenang kepadanya, seperti mengambil hartanya, menghardiknya, dan menyakiti hatinya.

 Hampir hampir tiada satupun ummat Islam yang tidak tau tentang keada'an seorang yang yatim,

Namun masih banyak diantara kita yang belum mengetahui janji Allah bagi siapa saja yang mau mengasuh anak yatim, 

Semoga yang Yaqin dengan janji penguasa atau lainnya tetapi belum Yaqin dengan janji Allah atas kesedia'an mengasuh anak yatim Segera berbenah,

Mana yang wajib diyakini dan didahulukan,dan mana yang bisa ditunda.

 Sungguh sebaik baik tempat dibumi adalah Masjid,namun sebaik baik rumah ummat Islam adalah telah dikatakan

Dalam sebuah Hadits Riwayat Ibnu Majah:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُ بَيْتٍ فِي الْمُسْلِمِينَ بَيْتٌ فِيهِ يَتِيمٌ يُحْسَنُ إِلَيْهِ وَشَرُّ بَيْتٍ فِي الْمُسْلِمِينَ بَيْتٌ فِيهِ يَتِيمٌ يُسَاءُ إِلَيْهِ

 Artinya:"Dari Abu Hurairah dari Rasulullah saw, beliau bersabda: 'Sebaik-baik rumah di kalangan kaum muslimin adalah rumah yang terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan baik."

Dan sejelek-jelek rumah di kalangan kaum muslimin adalah rumah yang terdapat anak yatim dan dia diperlakukan dengan buruk.

Dalam riwayat lainnya Keutama'an mengurus anak yatim disebutkan

Dari Abdullah bin Abbas dia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa mengurus tiga anak yatim maka ia ibarat orang yang melakukan qiyamul lail pada malam harinya, berpuasa pada siang harinya." Berangkat pagi dan sore hari dengan pedang terhunus di jalan Allah, aku dan dia berada di surga seperti dua saudara sebagaimana dua ini yang bersaudara." Dan beliau menempelkan dua jarinya, yaitu jari telunjuk dan jari tengah."

Syekh Utsman bin Hasan bin Ahmad as-Syakir al-Khuwairy (salah satu ulama abad ke-13) dalam kitab Durratun Nashihin (hal. 278), menjelaskan salah satu hadis riwayat Anas bin Malik yang mengisahkan sosok anak yatim yang bersedih di hari raya Idul Fitri. Kemudian, karena iba, Rasulullah saw pun mengasuhnya. Dikisahkan, suatu ketika Rasulullah saw berangkat untuk melaksanakan shalat ‘Id. Di perjalanan, beliau melihat begitu banyak anak-anak bermain dengan cerianya. Tapi, Rasulullah terkejut begitu di hadapannya ada seorang anak kecil seorang diri dengan pakaian kumal sembari menangis. Merasa iba, Rasulullah saw pun bertanya, "Wahai anak kecil, apa yang membuatmu menangis. Kenapa tidak ikut bermain bersama teman-temanmu?" Kebetulan anak kecil itu tidak tahu, bahwa yang di hadapannya adalah Sang Rasul. Anak itu menjawab, "Wahai laki-laki di hadapanku, ayahku telah meninggal saat mengikuti suatu peperangan bersama Rasulullah. Setelah itu, ibuku menikah lagi dan memakan semua harta-hartaku. Lalu bapak tiriku mengusirku dari rumah."

Sejak itu, aku pun tidak lagi memiliki makanan, minuman, pakaian dan rumah. Ketika telah sampai hari ini (Idul Fitri), aku melihat begitu banyak anak-anak berbahagia dengan ayah-ayah mereka. Aku pun sedih dan menangis." Setelah mendengar penjelasan anak yatim tadi, Rasulullah merasa begitu iba dan bermaksud untuk merawatnya. "Wahai anak kecil, bersediakah jika aku menjadi bapakmu, ‘Aisyah menjadi ibumu, Ali menjadi pamanmu, Hasan dan Husein menjadi kedua saudara laki-lakimu, dan Fatimah menjadi saudara perempuanmu?” tawar Rasulullah. Anak itu pun tahu, bahwa laki-laki yang di hadapannya itu adalah Rasulullah. "Bagaimana mungkin aku tidak senang wahai Rasulullah," jawab sang anak dengan penuh gembira. Nabi pun membawanya pulang ke rumahnya. Memberinya pakaian yang indah, memberi makan sampai kenyang, menghiasinya dan memberinya minyak wangi yang harum. Sekarang, anak yatim itu bisa bermain dengan penuh tawa bahagia bersama teman-teman seusianya. Melihat itu, anak-anak yang lain melihatnya penasaran, “Bukannya engkau yang dulu menangis, mengapa sekarang terlihat begitu bahagia?” tanya mereka penasaran. Anak yatim itu menjawab, "Memang, dulu aku kelaparan, tapi sekarang aku kenyang. Dulu pakaianku buruk, kini sudah tidak lagi. Dulu aku seorang yatim, tapi kini Rasulullah adalah ayahku, ‘Aisyah ibuku, Hasan dan Husein saudara laki-lakiku, Ali pamanku, dan Fatimah saudara perempuanku. Bagaimana mungkin aku tidak bahagia?" Anak-anak yang mendengar pengakuan itu merasa iri. "Andai saja bapak kami syahid saat peperangan, pasti sudah seperti engkau." Setelah Rasulullah wafat, anak itu kembali terlunta sebagai akan yatim. Kemudian diasuh oleh Abu Bakar ra.

Hadits lain yang inti redaksinya mirip, antara lain: Dari Basyir bin Aqraba al-Juhani, ia berkata: “Ayahku mati syahid bersama Nabi saw dalam beberapa peperangannya, maka (pada suatu waktu) Nabi saw melewatiku ketika aku sedang menangis, dan dia berkata kepadaku: "Diam, apakah kamu mau jika saya jadi ayahmu dan ‘Aisyah jadi ibumu?" Aku menjawab: Tentu Ya Rasullah, engkau ayahku, dan ‘Aisyah ibuku, wahai Rasulallah.(HR Bukhari) dalam al-Tarikh al-Kabir (I/395).

 Anak yatim adalah merupakan tanggung jawab kita semua,

Apalagi anak yatim yang faqir, ini merupakan kewajiban bagi Ummat Islam untuk mengasuhnya

Menafkahinya mendidiknya hingga dia mampu mandiri,minimal sampai batas usia yatim,yaitu akhil baligh.

Posting Komentar untuk "KEUTAMA'AN MENGASUH ANAK YATIM"