MENDALAMI BASMALAH MEMAHAMI ASMA ALLAH
MENDALAMI KALIMAH BASMALAH UNTUK MEMAHAMI MAKNA ASMA ALLAH
Robbun adalah bentuk mufrod (tunggal) dan arbabun berbentuk jamak. Ilahun merupakan bentuk jamak dari Aliha sehingga hanya kata Allah saja yang tidak berbentuk jamak dan satu-satunya huruf yang bersifat mufrad (tunggal).
Dalam Atta'ayanul awwal, kata Allah disebut Ahadiyah, sedangkan Rabbun dan Ilahun disebut Wahidiyah. Apa perbedaan antara Ahadiyah dan Wahidiyah?
Ahadiyah adalah hakikat Tuhan yang tidak ada duanya (Esa),yang terletak pada entitas Al-A'yanul Kharijiyah, sedangkan Wahidiyah adalah sisi Tuhan yang mengenalkan diri daripada selain-Nya, sebagai Rabbun atau Ilahun, yang terletak pada entitas Al- A'yanul Thabita. Namun keduanya tetap berada dalam entitas Al-Hadratul Ilahi. Contoh dari kalimat Ahadiyah adalah Allahu Ahad dan bukan Allahu Wahid, sedangkan kalimat Wahidiyah adalah Ilahun Wahid. Sebab kata Wahidiyah bukanlah lafadz Jalaliyah. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah subhanahu wa ta'ala dalam QS Al-Baqarah ayat 163:
Alloh subhanahu wata'ala berfirman:
وَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ لَآاِلٰهَ اِلَّا هُوَ الرَّحْمٰنُ الرَّحِيْمُ
“Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia yang Maha Pengasih dan Penyayang.” (QS Al-Baqarah 2:163).
Makna ayat ini ditujukan kepada Allah dalam ta'ayyanul asma. Dimana Tuhan ingin mengenalkan diri kedalam ciptaan-Nya, seperti alam semesta dan isinya.
Allah adalah sumber segala rahasia yang tercipta di muka bumi ini. Melalui nama Allah yang disebut Asma, kita bisa mengenal dirinya sebagai pencipta. Karena untuk mengenalnya secara langsung adalah sesuatu hal yang mustahil dapat diterima oleh akal. Oleh karena itu, perintah Allah adalah iqra bismirabbi,yaitu bismillaa hirrahmaa nirrahim.
Seluruh alam semesta merupakan wujud dari asmaul husna yang penuh berkah (Asmaul Husna), ibarat wujud gunung yang besar (Al-Kabir -Yang Maha Besar), pantai dengan laut yang terbentang (Al-Waasi' -Yang Maha Luas), bintang-bintang di langit (Al-Aliiy -Yang maha Tinggi), besi yang keras (Al-Aziz -Yang maha Keras), dsb. Maka ketika kita mencapai tingkat ma'rifat yang tinggi, barulah kita akan memahami bahwa segala sesuatu yang kita lihat di muka bumi. Ini adalah implementasi daripada Asmaul Husna.
Dalam QS Al-Baqarah ayat 115, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَلِلّٰهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَاَيْنَمَا تُوَلُّوْا فَثَمَّ وَجْهُ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
“Hanya milik Alloh Timur dan Barat.Ke mana pun kamu menghadap, di sanalah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha luas lagi lagi Maha Mengetahui:"(QS Al-Baqarah 2:115).
Selain itu Asmaul Husna juga digunakan sebagai sarana untuk memahami bahwa Allah bukan hanya Al-Khaliq (Yang Maha Pencipta) namun juga Al-Wahab (Yang Maha Pemberi), Al-Hadi (Yang Maha Pemberi Petunjuk) dan Al-Mudhil. (Maha Menyesatkan). ). Hal ini dibuktikan dengan diciptakannya suatu makhluk sebagai obyek untuk mewujudkan sifat-sifat atau nama-nama Allah yang lain.
Berbeda dengan sifat-Nya yang paling memberi petunjuk, Allah juga mempunyai sifat yang maha menyesatkan. Sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ، وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ ، فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ
“Demi Dzat yang diriku berada di tangan-nya, jika kalian tidak berbuat dosa Allah akan hilangkan kalian dan Allah akan datangkan kaum lain yang berdosa.lalu mereka pun akan minta ampun kepada Allah, Allah pun ampuni dosa-dosa mereka:”(HR Imam Muslim 2749).
Dia mendatangkan makhluk berdosa untuk membuktikan bahwa Alloh itu Ash-Shamad (Maha Sempurna). Nabi Musa, Fir'aun dan Siti Asiah merupakan kisah nyata yang membuktikan bahwa Alloh itu Al-Hadi dan Al-Mudhil.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
"Segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah):"(QS Az-Zariyat 51:49).
Kehidupan berpasangan adalah bukti kesempurnaan Alloh. Sebab kita tidak bisa merasakan indah dan nikmatnya surga tanpa membandingkannya dengan neraka atau sebaliknya. Inilah hikmah dalam kehidupan berpasang-pasangan yang diciptakan Alloh, bukan kehidupan yang saling bertentangan satu sama lain. Agar kita selalu mengingat akan kekuasaan Allah subhanahu wa ta'ala.
Kisah Siti Asiah Alloh tuliskan dalam Al Qur'an surat At-Tahrim ayat 11:
Alloh subhanahu wata'ala berfirman:
وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا امْرَاَتَ فِرْعَوْنَۘ اِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِيْ عِنْدَكَ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ وَنَجِّنِيْ مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهٖ وَنَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَۙ
“Allah juga membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman,yaitu istri Firaun, ketika dia berkata: “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah dalam surga, selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatanya,serta selamatkanlah aku dari kaum yang dzolim:"(QS At-Tahrim 66:11).
Pada ayat tersebut kita bisa melihat tingkat kepercayaan Siti Asiah kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Meski dihadapkan pada dua orang yang kepribadiannya sangat berbeda, ia tetap mampu berperilaku baik dengan menjaga keduanya tanpa membeda-bedakan. Dimana ia memposisikan dirinya sebagai istri Fir'aun dan ibu dari Nabi Musa (AS).
Siti Asiah adalah gambaran seseorang yang telah menyempurnakan keimanannya hingga tidak bisa lagi membedakan antara sakit dan senang. Karena keduanya merupakan wujud cinta dan kasih sayang dari Allah subhanahu wa ta'ala, agar ia tidak perlu menderita lagi di akhirat kelak. Jika manusia memahami hikmah di balik musibah yang diberikan kepadanya, tentu ia akan selalu bersyukur kepada Allah subhanahu wata'ala.
wallohu 'alam.
Posting Komentar untuk "MENDALAMI BASMALAH MEMAHAMI ASMA ALLAH"