Apakah kita sedang menuju pada kehancuran peradaban?
Peradaban yang kuat dengan pemerintahan yang baik akan memudahkan pertumbuhan penduduk. Namun secara paradoksal, pertumbuhan penduduk justru menyebabkan demografis akan menyebabkan tumbuhnya penyakit epidemi yang mematikan dan disintegrasi sosial.
Epidemi mematikan dan disintegrasi sosial ini merupakan faktor integral dalam runtuhnya sebuah peradaban.
Seperti halnya suatu bangsa yang rakyatnya sudah cinta dunia dan takut mati.
Diriwayatkan seperti dalam hadits Imam Abu Dawud dari Tsauban radhiyallahu 'anhu.
Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:
يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا ” . فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ ” بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ ” . فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ ” حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ ”
”Telah mendekat masanya berbagai bangsa (kafir dan sesat) saling memanggil satu sama lain (untuk memerangi kalian dan memecah belah kekuatan kalian), sebagaimana orang-orang yang saling memanggil menuju hidangannya (yang hendak mereka makan tanpa ada halangan).”
Ada seseorang bertanya, “Apakah karena jumlah kami sedikit pada hari itu?” Beliau menjawab, “Justru jumlah kalian banyak pada hari itu, tetapi ibarat buih di atas air. Allah benar-benar akan mencabut dari dada musuh kalian rasa takut kepada kalian dan menimpakan kepada kalian penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab “Cinta dunia dan takut mati.”(HR Abu Dawud Dari Tsauban ra).
Suatu bangsa yang terjangkit karena cinta keduniawian dan ketakutan akan kematian maka akan dengan mudah ditaklukkan oleh musuh, meskipun negara tersebut adalah negara Islam. Contohnya adalah Kekhalifahan Bani Abbasiyah dibawah pimpinan Al Mu’tashim. Bagdad ibu kota khilafah islamiyah jatuh setelah diserang bangsa Mongol selama kurang lebih cuma13 hari. Inilah akhir sejarah dari Kekhalifahan Abbasiyah.
Kerugian korban jiwa di pihak Muslim berjumlah antara 900,000 sampai satu juta orang. Belum lagi hancurnya kota Bagdad dan kekayaan ilmu pengetahuan di perpustakaannya. Faktor utama mengapa serangan Mongol tidak dapat dihentikan adalah karena masyarakat Muslim dan para pemimpinnya terlalu berpuas diri terhadap dunia dan semangat jihad mereka telah melemah secara signifikan.
Maraknya sikap ekstremis dan jeleknya dalam beragama.
Dalam hadits Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma.
Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:
يا أيُّها النَّاسُ إيَّاكم والغُلوَّ في الدِّينِ فإنَّهُ أهْلَكَ من كانَ قبلَكُمُ الغلوُّ في الدِّينِ
”Wahai manusia, jauhilah sikap eskstrim dalam beragama. Sesungguhnya sikap esktrim dalam beragama ini telah menghancurkan umat sebelum kalian.” (Hadits shahih riwayat Ibnu Majah no.2473).
Perlu kami tekankan di sini bahwa tingkat ekstremisme agama melampaui batas yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw dan didetailkan oleh para ulama Islam yang kredibel. Ukuran ini bukan opini masyarakat umum, apalagi mengambil indikator yang dibuat oleh non-Muslim.
Misalnya, pada tahun 2007, Rand Corporation , sebuah organisasi penelitian dan pengembangan yang beranggotakan para pemikir dari berbagai bidang ilmu, di California, AS, mengeluarkan laporan bertajuk Membangun Jaringan Islam Moderat.
Mereka telah mengembangkan peta jalan untuk membangun jaringan Islam moderat untuk melawan apa yang mereka sebut jaringan Islam radikal. Salah satu hal yang mereka lakukan adalah membuat tanda untuk mengidentifikasi seorang Muslim moderat atau ekstremis. Metrik yang mereka buatlah yang menyebabkan masalah.
Umat Islam yang menyatakan bahwa meninggalkan Islam dilarang keras dan pantas menerima hukuman mati oleh otoritas Islam dianggap sebagai ciri Muslim radikal.
Umat Islam yang menganut hukum syariah, baik perdata maupun pidana, tergolong Islam radikal. Padahal kedua hal tersebut merupakan syarat keimanan umat Islam berdasarkan nash shahih dari Al-Qur'an dan Al Hadits.
Ekstremisme agama berarti melampaui batas pengamalan ajaran agama selain yang diarahkan oleh Nabi. Misalnya Nabi tidak pernah menjatuhkan hukuman atas perselingkuhan terhadap pelaku dosa besar, sehingga misalnya ada umat Islam yang menganggap pelaku perzinahan adalah sudah menjadi orang kafir. Ini jelas merupakan bentuk ekstremisme agama.
Contoh lainnya adalah kisah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim serta yang lainnya, dari temannya Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Ada tiga orang yang datang ke rumah istrinya Nabi untuk menanyakan tentang ibadah Nabi.
Setelah diberitahu, mereka mengatakan bahwa ibadah Nabi terlalu sedikit. Kemudian mereka berkata: “Kami tidak memiliki apa pun yang dapat menandingi Nabi saw! Dia sudah diampuni segala dosanya yang lalu dan yang akan datang oleh Alloh subhanahu wata'ala.
Salah satu dari mereka kemudian berkata: "Adapun aku,maka aku akan sholat sepanjang malam. Kemudian orang yang lain berkata:"Saya akan berpuasa terus menerus tanpa membatalkan puasa."Kemudian orang lain juga berkata:"Saya akan menjauhi wanita. Saya tidak akan menikah selamanya."
Kemudian nabi mendengar akan hal itu, nabi mendatangi mereka. Beliau berkata: “Benarkah kamu mengatakan ini dan itu? Demi Allah! Sesungguhnya akulah orang yang paling takut dan paling bertakwa di antara kamu. Tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku shalat malam dan aku juga tidur, dan aku juga mengawini wanita. Barangsiapa yang tidak menyukai sunah saya, maka ia tidak termasuk golongan saya.
Nabi saw melarang para sahabat untuk beragama yang terlalu melampaui batas dalam hal ketaatan, karena semua itu akan menyebabkan mereka kehilangan sifat manusia normal yang membutuhkan makan, tidur dan menikahi wanita. Sedangkan Islam itu sederhana dan sesuai dengan kodratnya. Tidaklah seseorang boleh melakukan hal-hal yang ekstrim dalam urusan agama kecuali ia menyimpang dari jalan yang benar.
Semoga kita selalu dibimbing oleh Allah subhanahu wata'ala, kita selalu berada di jalan yang benar agar selamat dunia dan akhirat. Amin ya robbal 'alamin...
Posting Komentar untuk "Apakah kita sedang menuju pada kehancuran peradaban?"