ISTIDJRAJ KENIKMATAN YANG MEMBINASAKAN
Istidjraj adalah kemurahan duniawi yang melimpah tapi menjerumuskan. sebagaimana dijelaskan oleh Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy Tafsir Al-Qur'an Al-Majid Al-Nur.
Seseorang yang di kasih Istidjraj mengira bahwa Allah mengagungkan dirinya dengan berbagai kenikmatannya, sedangkan Allah sebenarnya sedang menguji dirinya pelan-pelan merendahkan bahkan membinasakan dirinya, supaya dirinya seharusnya menyadari apa yang ada padanya. Ia selalu berbuat maksiat dan tidak beribadah, padahal Allah memberinya kemewahan dunia supaya ingat kepada Alloh. Allah menganugerahkan kekayaan dengan berlimpah, padahal Dia tidak pernah memberikan sedekah. Allah melimpahkan rezeki yang berlimpah, padahal dia jarang shalat, dia tidak senang dengan nasehat orang-orang yang 'alim, dan dia terus berbuat dosa.
Hidupnya dikagumi, dimuliakan, meskipun akhlaknya rusak, langkahnya diikuti, ditiru dan dipuja, meskipun ia bangga dengan dosa dan maksiatnya. Jarang sekali ia terserang penyakit, meski dosanya semakin bertambah. Ia tidak pernah menyerah pada bencana, meski gaya hidupnya penuh kesombongan, menganggap hina terhadap orang lain, dan angkuh.
Allah memberikan keluarga yang sehat dan cerdas, meskipun Dia memberinya makan dengan harta haram. Hidup bahagia penuh tawa, meski menindas banyak orang. Karirnya terus menanjak meski banyak hak orang lain yang terinjak-injak. Semakin tua usianya, semakin kaya pula dianya, meskipun dia hidup dalam bergelimang dosa sepanjang umurnya. Dalam Al-Qur'an disebutkan.
Allah subhanahu wata 'ala mengingatkan:
وَالَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُوْنَ، وَاُمْلِيْ لَهُمْۗ اِنَّ كَيْدِيْ مَتِيْنٌ
Artinya:"Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kehancuran) dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku akan memberikan tenggang waktu kepada mereka. Sungguh, rencana-Ku sangat teguh:"(QS Al-'Araf 7:182-183).
Istidra berasal dari:
استدرج - يستدرج - إستدراجا
(istadraja-yastadriju-istidrâjan), yang akar katanya berasal dari kata درج (daraja), yang secara bahasa berarti tangga, tumbuh, sedikit demi sedikit, selangkah demi selangkah atau perlahan.sedangkan secara istilah istidjraj adalah kenikmatan yang di berikan kepada seseorang melimpah ruah duniawinya,tapi secara ruhaniahnya kenikmatanya di tutup atau di cabut sama sekali tetapi dia tidak menyadarinya.
Secara lahiriah kemakmuran duniawi yang Allah berikan melimpah ruah, namun secara batiniah peritah ketakwaan (ittaqullah) beribadah kepada Alloh ia abaikan. Uraian tesebut telah di jelaskan dalam sebuah hadits.
Rasulullah saw bersabda:
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه و سلم قَالَ: إِذَا رَأَيْتَ اللّٰهَ يُعْطِى الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ. ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللّٰهِ صلى الله عليه وسلم (فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
"Dari Uqbah ibn Amir dari Nabi saw, beliau bersabda: ‘Jika kamu melihat Allah memberikan kemewahan dunia kepada hamba-Nya yang suka melanggar perintah-Nya, maka itulah yang disebut istidraj." Kemudian beliau membaca firman Allah surat al-An`am ayat 44: "Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa:"(HR Ahmad).
Buya Hamka, Dalam Tafsir Al-Azhar jilid 3, menerangkan bahwa istidraj menurut QS Al-An'am ayat 44 bermakna dikeluarkan dari garis Lurus kebaikan tanpa disadarinya. Allah membiarkan ia berbuat semaunya, Alloh membukakan segala pintu kenikmatan dunia hingga ia lupa diri.
Sebagai peng ibaratan, ini seperti mengingatkan kepada kita semua bahwa setelah panas pasti ada hujan. Kalau laut habis tenang pasti ada ombak. Mereka dibiarkan berbuat dosa dengan nafsu mereka ketika mereka mengembara jauh dalam kemaksiatan. Lalu tiba-tiba datanglah siksa Tuhan.
Allah mengijinkan dosa yang dilakukannya. Memberi banyak kenikmatan, yang ia abaikan, hingga Allah menghilangkan segala kenikmatan pada mereka, hingga mereka tertegun dalam penyesalan yang terlambat. Hal ini juga terjadi pada zaman dahulu kala, istidjraj berhadapan dengan Fir'aun dan Qarun.
Firaun diberi kekuasaan, namun ia mendewakan diri. Tuhan akhirnya menenggelamkannya karena kesombongannya. Ia menjadi orang yang sombong dan bahkan mengklaim dirinya sebagai Tuhan. Kemudian dia dan bala tentaranya ditenggelamkan di laut ketika mengejar Nabi Musa a.s.
Qarun merupakan salah satu orang yang hidup pada zaman Nabi Musa. Awalnya dia adalah orang miskin yang tidak punya apa-apa. Kemudian Musa mengajarinya cara mengelola emas. Dalam waktu singkat Qarun menjadi kaya dengan banyak emas dan kekayaan yang berlimpah. Namun lambat laun dia mulai melupakan Tuhan.
Qarun karena kelalaian dan tertutup akan kekayaan harta miliknya. dia dibinasakan di telan bumi beserta harta bendanya. Oleh karena itu saat ini ada istilah, ketika seseorang menemukan harta yang terpendam di bumi, orang-orang menyebutnya sebagai harta karun, orang-orang menisbatkan dengan hartanya Qarun yang telah ditelan bumi. Sebagaimana yang tercantum dalam Al Qur'an.
Alloh subhanahu wata'ala berfirman:
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
Artinya:"Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan:"(QS Ali-Imran :178).
Istidjraj bisa terjadi pada siapa saja, baik orang awam maupun ahli ibadah. Orang mukmin takut akan istidjraj, yaitu kenikmatan palsu, yang sebenarnya murka Allah. Namun di sisi lain, masyarakat yang tidak beriman mereka mengira bahwa mendapatkan kesenangan adalah sesuatu yang pantas mereka dapatkan.
Biasanya istidjraj diberikan kepada orang yang hatinya mati. Mereka adalah orang-orang yang tidak bersedih atas ketaatan yang ia tinggalkan dan tidak menyesali atas kemaksiatan yang masih ia lakukan.
Secara psikologis, orang yang tertimpa Istidraj tindakanya sangat terlena dengan segala sesuatu yang dimilikinya, sehingga ia lupa bahwa segala sesuatu hanyalah titipan sementara. Ia lupa mensyukuri nikmat yang diberikan kepadanya, dan ia menyukai kemaksiatan tanpa rasa bersalah.
Dan menganggap nikmat yang diberikan Allah SWT kepadanya sebagai anugerah dan kebaikan. Jika hal ini terjadi, maka akan menimbulkan penderitaan dari arah yang tidak terduga. Oleh karena itu, kita harus memohon pertolongan kepada Allah SWT dan menyempurnakan keimanan kita agar terus bertumbuh, sehingga kita memahami hakikat kenikmatan dan siksa.
Cara paling mudah membedakan kenikmatan kebaikan Allah dengan istidjraj adalah ketakwaan. Jika seseorang taat beribadah, bisa jadi nikmat yang diterimanya adalah kemurahan Tuhan. Sebaliknya jika seseorang lengah dalam beribadah maka bisa menjadi istidjraj.
Untuk orang yang sedang mengalami rejeki melimpah, jabatan naik terus, atau rejeki lainnya yang terasa moncer dan diliputi perasaan sejahtera dan bahagia kita perlu hati-hati, hendaknya kita mawas diri dan waspada, jangan sampai yang kita dapatkan adalah istidjraj.
Bagaimana cara mengenalinya bahwa yang kita dapatkan istidjraj atau bukan ?.
Berikut ciri-ciri Istidraj:
1).Kenikmatan dunia bertambah, namun imannya berkurang
2).Ia terus berbuat dosa, namun merasa damai dalam hidupnya
3).Rejekinya selalu ada walaupun tidak mau beribadah
4).Menjadi kaya raya namun semakin pelit dan kikir
5).Jarang sakit namun sering bersikap sombong
Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Syaikh bin Atayla as-Sakandari dalam al-Hikam.
خِفْ مِنْ وُجُوْدِ إِحْسَانِهِ إِلَيْكَ وَدَوَامِ إِسَاءَتِكَ مَعَهُ أَنْ يَكُوْنَ ذَلِكَ اسْتِدْرَاجاً سَنَسْتَدْرِجُهُم مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ
"Takutlah pada perlakuan baik Allah kepadamu di tengah durhakamu yang terus-menerus terhadap-Nya. Karena, itu bisa jadi sebuah istidjraj, seperti firman-Nya, ‘Kami meng-istidjraj-kan mereka dari jalan yang mereka tak ketahui."(Syaikh bin Atayla as-Sakandari).
"Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa seseorang berada dalam keadaan sejahtera baik materil maupun imateriil. hendaklah kita berterimaksih atas apa yang kita punyai. Dan segeralah mengucap syukur kepada Tuhan dengan perkataan, perbuatan, dan iman di dalam hati kita.
Meraih rasa syukur antara lain dengan semakin rajin beribadah, bersedekah, dan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain.
Istidraj begitu berbahaya sehingga Umar bin Khattab pernah berdoa, "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu sebagai Mustadraj (orang yang di beri kelimpahan dunia tapi mengarah pada kehancuran). _(1205,80)
Posting Komentar untuk "ISTIDJRAJ KENIKMATAN YANG MEMBINASAKAN"