DIBALIK HIKMAH KEJUJURAN DAN DUSTA
Jujur adalah salah satu sifat yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sifat jujur ini sudah tertanam dalam diri seseorang. Namun, alangkah lebih baik jika sikap jujur ini dilatih sejak masih masa kanak-kanak agar terbiasa saat beranjak dewasa.
Secara umum, jujur adalah sebuah sifat yang membutuhkan kesesuaian antara perkataan yang diucapkan serta perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Itu artinya, seseorang kemudian dapat dikatakan jujur jika ia mengucapkan sesuatu yang sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi dan disertai dengan tindakan yang seharusnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) jujur adalah lurus hati atau tidak berbohong. Selain itu, menurut KBBI, jujur bisa juga dikatakan sebagai suatu perilaku tidak curang atau mengikuti aturan yang berlaku. Oleh sebab itu, sikap jujur ini selalu identik dengan sikap baik. Dalam sebuah hadits dikatakan dari Abdullah Ibnu Mas'ud.
Rasulullah SAW bersabda:
(عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَاِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ اِلَى الْبِرِّ اِنَّ الْبِرِّيَهْدِيْ اِلَى الْجَنَّةِ (رواه البخارى ومسل
Artinya:“Hendaknya kamu selalu jujur karena kejujuran itu akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu akan membawa ke dalam surga:"(HR Bukhari dan Muslim).
Kejujuran adalah mata uang yang berlaku di mana-mana”, demikianlah ungkapan bijak yang sering kita dengar, menggambar kan bahwa kejujuran selalu mendapat tempat di manapun. Jujur adalah sifat yang mulia. Siapa yang berakhlak dengan sifat jujur maka ia akan meraih kemuliaan, mulia di mata Allah dan sesama manusia. Sebagaimana akhlak yang ditampilkan oleh Rasulullah SAW, kejujuran telah menempatkan beliau pada derajat orang yang terpercaya hingga mendapat gelar sebagai Al-Amin(yang sangat terpercaya).
Dalam sebuah kisah diceritakan ada seorang raja yang sudah memasuki usia senja dan ingin mencari penggantinya. Berbeda dengan kebiasaan di masa itu, ia tak menunjuk anak-anaknya maupun pembantu terdekatnya untuk menggantikannya menjadi raja. Sang Raja memiliki cara berbeda, karena ia menginginkan penggantinya kelak merupakan orang yang benar-benar jujur
Suatu ketika, sang Raja memanggil seluruh pemuda yang berada di negeri itu, dan berpidato di hadapan mereka. "Aku akan mengadakan sayembara. Kalian semua akan mendapatkan sebuah biji. Tanamlah biji ini, rawatlah, dan kembalilah setahun lagi dengan tanaman kalian masing-masing. Bagi yang memiliki tanaman terbaik, akan langsung ku tunjuk menjadi raja menggantikanku," ujar Sang Raja .
Mendengar pengumuman Sang Raja , semua pemuda antusias untuk merawat biji tersebut sebaik-baiknya. Seorang pemuda bernama Shabri terlihat sangat antusias. Ia menanam biji itu, dan menyiramainya setiap hari sepenuh hati. Hari demi hari ia jalanani, tapi sampai sebulan berlalu, dari biji yang ia tanam itu belum tumbuh apa-apa.
Bahkan bulan pun berganti bulan, hingga setelah enam bulan ketika para pemuda lainnya mulai membicarakan tanaman mereka yang tumbuh dengan tinggi dan bagusnya. Bahkan sebagian sudah ada yang mengeluarkan buah, namun yang terjadi pada Shabri, biji yang ditanamnya tak kunjung menampakkan tanda-tanda tumbuh megeluarkan batang dan cabang. Hatinya pun mulai gusar dan gelisah.
Tanpa terasa, setahun berlalu. Semua pemuda diminta membawa tanamannya kepada Sang Raja . Mereka pun sangat antusias datang ke Istana membawa hasil tanamannya yang diletakkan di pot-pot yang agak besar. Masing-masing mereka saling membanggakan hasil tanamannya. Hal ini berbeda dengan biji yang ditanam Shabri, yang tidak menghasilkan apapun dari biji yang ditanamnya tersebut.
Oleh karenanya, ia pun enggan untuk datang menghadap Sang Raja . Namun ibunya mendorongnya untuk pergi dan berbicara apa adanya kepada Sang Raja. Karena apapun hasilnya, itu merupakan amanah dari Sang Raja, yang harus ia "tunaikan" dan ia pertanggung jawabkan kepada sang Raja
Akhirnya setelah beristikharah cukup panjang, ia pun berangkat ke Istana dengan tujuan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya kepada Sang Raja, dengan membawa pot yang masing- kosong tanpa ada satu tangkai tanaman pun yang tumbuh di pot tersebut. Kedatangannya disambut dengan cemoohan, ejekan dan olokan para pemuda lainnya. Shabri hanya terdiam dan berusaha menenangkan diri, seraya memperbanyak istighfar kepada Allah Ta'ala.
Tak lama kemudian, Raja muncul dan mulai memeriksa hasil tanaman seluruh pemuda. Beliau mengungkapkan: "Kerja kalian bagus, tanaman kalian bukan main indahnya. Dan tibalah saatnya bagiku sekarang untuk menunjuk seorang dari kalian untuk menjadi raja yang baru." Mendengar itu, semua pemuda berharap agar dirinyalah yang akan ditunjuk oleh Sang Raja, untuk menggantikannya.
Suasana menjadi sepi dan senyap. Semua terdiam, menantikan kata-kata yang akan keluar dari Sang Raja . Tiba-tiba Raja memanggil Shabri yang berada di barisan paling belakang. Mendengar namanya dipanggil, Shabri panik, "Jangan-jangan aku akan dihukum karena tidak mampu merawat biji yang diamanahkan Raja kepadaku," gumamnya.
Suasana pun tiba-tiba berubah menjadi riuh rendah penuh dengan ejekan dan cemoohan hadirin yang menyaksikan pot Shabri yang kosong melompong. Tanpa sebatang tangkaipun yang tumbuh dari biji yang ditanamnya.
Raja tiba-tiba berteriak: "Diam semuanya !" Semua pemuda tertegun. Raja kemudian menoleh kepada Shabri, dan kemudian beliau mengumumkan, "Inilah Raja kalian yang baru !". Semua terkejut. Bagaimana mungkin orang yang gagal menanam biji supaya tumbuh jadi batang pohon malah di angkat menjadi raja?
Menyadari keheranan mereka, Raja kemudian melanjutkan: "Setahun yang lalu aku memberi kalian sebuah biji untuk ditanam. Tapi yang kuberikan kepada kalian adalah biji yang sudah direbus terlebih dahulu. Dan oleh karenanya pasti tidak akan pernah dapat tumbuh. Dan ternyata kalian semua telah menggantinya dengan biji yang lain".
"Hanya Shabrilah satu-satunya pemuda yang tidak mengganti dengan biji yang lain. Shabri telah bersikap jujur, terhadap amanah yang aku embankan kepadanya," kata Sang Raja.
"Dan aku menginginkan penggantiku kelak adalah orang yang memiliki kejujuran dan keberanian. Jujur karena tidak mengganti biji dariku dengan biji lainnya. Berani, karena berani datang ke Istana untuk membawa pot dengan biji yang kuberikan, meskipun tidak tumbuh apapun daripadanya. Karena itulah, dia aku angkat menjadi Raja mengganti kedudukanku".
Sungguh beruntung orang yg jujur. Dan akhirnya semua pemuda yang hadir di situ menjadi tersipu malu menyadari akan ketidak jujuranya.
Dalam sebuah hadits
Dari Bahz bin Hakim, ia berkata bahwa ayahnya, Hakim telah menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Celakalah bagi yang berbicara lantas berdusta hanya karena ingin membuat suatu kaum tertawa. Celakalah dia, celakalah dia:"(HR Abu Dawud :4990 dan Tirmidzi :3315. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Posting Komentar untuk "DIBALIK HIKMAH KEJUJURAN DAN DUSTA"