BELAJAR DARI CERITA IMAN DAN KESABARAN UMMU SULAIM
Para pengikut Nabi kita di kalangan Sahabat adalah orang-orang yang mulia dan patut ditiru keutamaannya. Di antara mereka ada seorang sahabat kaum Ansar, yang di antaranya. Nabi Muhammad saw bersabda:
آيَةُ الإِيْمَانِ حُبُّ الأنْصَارِ، وَآيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الأنْصَارِ
“Di antara tanda iman adalah mencintai kaum Ansar.” Di antara tanda kemunafikan adalah membenci kaum Ansar:" (HR Bukhari, no. 16).
Nabi saw mengingatkan kepada kita untuk berbicara dalam hal kebaikan tentang mereka.tidak mencemarkan nama baik dan mencela mereka. Dalam hadits disebutkan.
Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam:
لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِى ، فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ
“Janganlah kalian mencela sahabatku. Seandainya salah seorang di antara kalian menginfakkan emas semisal gunung Uhud, maka itu tidak bisa menandingi satu mud infak sahabat, bahkan tidak pula separuhnya:"(HR Bukhari, no. 3673 dan Muslim, no. 2540).
Dalam kisahnya, ada seorang sahabat Ansar dari suku Khazraj yang harus kita ambil pelajaranya yaitu Ummu Sulaim. Ada pula yang mengatakan bahwa nama Ummu Sulaim diambil dari nama Ghumaisha'. Ada juga yang menyebutnya Rumaysho, Sahlah, Anifah atau Rumaitsah. Dia adalah putri Milhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin 'Aamir bin Ghanam bin' Adi bin An-Najar. Rumaysho ini adalah ibu dari Anas bin Malik, pelayan Nabi Muhammad saw.
Rumaysho awalnya menikah dengan Malik yang kafir. Ia menuntun putranya Anas untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Beliau menuntun anaknya mengucapkan “LAA ILAHA ILLALLAH, ASY-HADU ANNA MUHAMMADAR ROSULULLAH”. Anas pun mengucapkan dua kalimat syahadat tersebut. Setelah Anas masuk Islam, Malik berkata kepada Ummu Sulaim,
لاَ تُفْسِدِي عَلي ابْنِي . فَتَقُوْلُ : إِنِّي لاَ أُفْسِدُهُ
“Kamu jangan merusak anakku.” Ummu Sulaim menjawab, “Aku tidaklah merusaknya.”
Malik lalu pergi. Kemudian Malik bertemu dengan musuhnya, dan dibunuh oleh musuhnya.
Ummu Sulaim tidak menikah sampai Anas sendiri yang menyarankan kepada ibunya agar mereka menikah.
Kemudian Ummu Sulaim dilamar dan menikah dengan Abu Thalhah Zaid bin Sahl Al-Ansari. Selanjutnya putra-putranya dari pernikahan ini adalah Abu 'Umair dan 'Abdullah.
Ummu Sulaim ikut serta dalam pertempuran Hunain dan Uhud. Dia adalah salah satu wanita yang istimewa. Rumaysho Ummu Sulaim adalah salah satu sahabat mulia yang dikenal dengan akhlaknya yang luar biasa dan kesabarannya yang sulit ditemukan pada zaman ini.
1)-Cerita pertama tentang Rumaysho Ummu Sulaim:
Anas menceritakan bahwa Abu Thalhah melamar Ummu Sulaim sebelum Abu Thalhah masuk Islam. Ummu Sulaim berkata: “Aku tertarik padamu dan kamu juga tertarik padaku. Sayangnya, Anda adalah pria kafir. Saya seorang wanita Muslim. Jika anda masuk Islam maka itu sudah cukup sebagai maharnya, saya tidak akan meminta mahar lainnya. kemudian Abu Thalhah masuk Islam dan menikah dengan Ummu Sulaim. Lihat Tahdzib Hilyah Al-Auliya' wa Thabaqaat Al-Ashfihaa' karya Al-Hafizh Abu Nu'aim Al-Ash-fahani, hlm. 279.
Pelajarannya:Jadilah orang yang memiliki pendirian kokoh. Jangan sampai mau korbankan agama hanya karena ada pria atau wanita yang tertarik menikah.
2)-Cerita kedua dari Rumaysho Ummu Sulaim:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu menceritakan:
Ada seseorang yang mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (dalam keadaan lapar), lalu beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengirim utusan ke para istri beliau shallallahu 'alaihi wasallam. Istri Nabi saw menjawab: "Kami hanya punya air".
Rasulullah saw bersabda: “Siapa di antara kamu yang ingin menjamu orang ini? Salah seorang kaum Ansar berteriak, “Saya.”
Kemudian orang Ansar ini membawa laki-laki itu kepada istrinya, (dan) dia berkata: "Jamulah tamu Rasulullah saw, Istrinya menjawab:"Kami tidak punya makanan apapun. kecuali persediaan jatah makanan untuk anak-anak".
Sahabat Ansar berkata: “Ayo siapkan makananmu! Nyalakan lampu dan tidurkan anak-anak jika mereka ingin makan malam! Kemudian wanita itu akan menyiapkan makanan, menyalakan lampu dan menidurkan anaknya.
Lalu dia berdiri, seolah hendak memperbaiki lampu dan mematikannya. Pasangan ini tampak seperti sedang makan. Kemudian mereka pergi tidur dalam keadaan lapar.
Keesokan harinya, sang suami menemui Rasulullah saw,beliau rosululloh bersabda: “Malam ini Tuhan tertawa atau kagum dengan kelakuan kalian keduanya. Kemudian Allah menurunkan ayat.
وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمْ الْمُفْلِحُونَ
“Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung:"(QS Al-Hasyr: 9).(HR Bukhari, no. 3798).
Dalam kisah Imam Muslim, nama seorang Ansar, yang menjamu Tamu Rosululloh yang disebutkan bernama Abu Thalhah radhiyallahu 'anhu. Istri Abu Thalhah bernama Ummu Sulaim radhiyallahu 'anha.
Hikmahnya: Bersikaplah mulia pada itsar, yaitu mendahulukan orang lain sebelum diri kita sendiri, dalam urusan dunia, bahkan ketika kita sendiri membutuhkannya. Hakikat itsar lebih dari sekedar memberi tetapi merupakan pengorbanan untuk saudara dan keimanan terhadap janji Allah yang sangat kuat.
3)-Cerita ketiga dari Rumaysho Ummu Sulaim:
Tentang Anas, ia menceritakan tentang putra Abu Thalhah dari istrinya Ummu Sulaim. Ummu Sulaim berkata kepada keluarganya,
لاَ تُحَدِّثُوا أَبَا طَلْحَةَ بِابْنِهِ حَتَّى أَكُونَ أَنَا أُحَدِّثُهُ
“Jangan beritahu Abu Thalhah tentang putranya, biar aku sendiri yang memberitahukan kepadanya.”
.” Dikisahkan ketika Abu Thalhah kembali ke rumah, istrinya Ummu Sulaim menawarkan makan malam. Suaminya juga makan dan meminumnya. Kemudian Ummu Sulaim berpakaian cantik, karena belum pernah ia berpakaian secantik itu. Suaminya pun menyetubuhi Ummu Sulaim. Ketika Ummu Sulaim melihat suaminya telah puas dan telah menyetubuhi dirinya, ia pun berkata,
يَا أَبَا طَلْحَةَ أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ قَوْمًا أَعَارُوا عَارِيَتَهُمْ أَهْلَ بَيْتٍ فَطَلَبُوا عَارِيَتَهُمْ أَلَهُمْ أَنْ يَمْنَعُوهُمْ قَالَ لاَ. قَالَتْ فَاحْتَسِبِ ابْنَكَ.
“Bagaimana pendapatmu jika ada suatu kaum meminjamkan sesuatu kepada salah satu keluarga, lalu mereka meminta pinjaman mereka lagi, apakah tidak dibolehkan untuk diambil?” Abu Thalhah menjawab, “Tidak.” Ummu Sulaim, “Bersabarlah dan berusahalah raih pahala karena kematian puteramu.” Abu Thalhah lalu marah kemudian berkata, “Engkau biarkan aku tidak mengetahui hal itu hinggga aku berlumuran janabah, lalu engkau kabari tentang kematian anakku?” Abu Thalhah pun bergegas ke tempat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengabarkan apa yang terjadi pada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mendoakan,
بَارَكَ اللَّهُ لَكُمَا فِى غَابِرِ لَيْلَتِكُمَا
“Semoga Allah memberkahi kalian berdua dalam kebaikan pada malam yang telah berlalu dari kalian berdua.” Akhirnya, Ummu Sulaim pun hamil lagi:"(HR Muslim, no. 2144).
Pelajarannya:"Dari kisah ini, kita bisa melihat bagaimana kuatnya kesabaran Ummu Sulaim, sungguh ia begitu penyabar. Sampai-sampai ketika putranya meninggal dunia, ia bisa bersabar seperti itu. Ketika dapat musibah kala itu, ia tetap melayani suaminya seperti biasa, bahkan ia pun berdandan begitu istimewa demi memuaskan suaminya di ranjang. Tatkala suaminya puas, baru ia kabarkan tentang kematian putranya. Sungguh kesabaran yang luar biasa.
Ingat pula bahwa doa berkah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sungguh luar biasa. Ummu Sulaim setelah itu dikarunia tujuh anak yang kesemuanya telah menamatkan Al-Qur'an. Itulah hikmah di balik kesulitan ada kemudahan. Satu kesulitan tak mungkin mengalahkan dua kemudahan.
Dari Rumaysho Ummu Sulaim, kita dapat belajar:
Pentingnya mempertahankan iman, bukan mengejar dunia hingga meninggalkan agama.
Milikilah sifat itsar, dahulukan saudara kita dalam urusan dunia, walau sebenarnya kita butuh. Kalau itsar itu dianjurkan, bersedekah dan berderma tentu dianjurkan pula.
Kita harus bersabar dalam menghadapi cobaan.
Sabar secara bahasa berarti al-habsu yang artinya menahan diri. Sedangkan menurut syariat, kesabaran dibatasi pada tiga hal:
(1) ketaatan kepada Tuhan,
(2) hal-hal yang dilarang,
(3) Takdir Alloh yang terasa pahit.
Semoga Tuhan memberikan kita keimanan, kesabaran dan keluhuran budi pekerti dengan berderma dan memberi secara baik. Amin..
Posting Komentar untuk "BELAJAR DARI CERITA IMAN DAN KESABARAN UMMU SULAIM "