KENAPA NABI BERHIJRAH KE MADINAH
SEJARAH PENTING DARI HIJRAHNYA NABI MUHAMMAD SAW
Bulan Muharram merupakan bulan pertama dalam penanggalan Hijriah, penanggalan Islam merupakan salah satu syiar agama ini.
Kalender dan penanggalan Hijriah ini disebut Hijriah bukan tanpa alasan. Menelusuri sejarahnya, Umar bin Khattab radhiyallahu anhu ketika berinisiatif membuat acuan tahun pertama penanggalan ini, ia mulai menghitung tahun pertama bertepatan dengan tahun di mana Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menunaikan perintah Allah SWT. hijrah dari kota Mekkah ke Madinah.
Peristiwa dan momen bersejarah tersebut membawa banyak manfaat dan pelajaran penting yang dapat kita petik. Dalam kesempatan kali ini, kita akan memetik setidaknya 6(enam) hikmah penting sejarah hijrah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam.
1)_Pelajaran pertama:Hijrah adalah pengorbanan.
Perintah hijrah yang diturunkan Allah kepada Nabi dan kaum muslimin di Makkah menjadikan Rasulullah saw, dan para sahabatnya meninggalkan kota kelahiran mereka dan kota masa kecil mereka. Meninggalkan orang tua dan keluarga tercinta. Ketika Rasulalloh shollallohu 'alaihi wasallam berangkat lihat apa yang beliau katakan dengan penuh rasa kesedihan,
واللَّهِ إنَّكِ لخيرُ أرضِ اللَّهِ، وأحبُّ أرضِ اللَّهِ إلى اللَّهِ، ولولا أنِّي أُخرِجتُ منكِ ما خرجتُ
”Demi Allah, sesungguhnya engkau adalah sebaik-baik bumi Allah, dan negeri Allah yang paling dicintai Allah. Kalau bukan lantaran aku dikeluarkan darimu, niscaya aku tidak keluar.” (HR. Tirmidzi no. 3925).
2)_Pelajaran kedua:Nabi berhijrah bukan karena menyerah !
Nabi shallallahu 'alayhi wasallam tinggal di kota Makkah selama beberapa waktu lamanya untuk menyeru umatnya untuk mengikuti jalan hidayah dan kebenaran. Sayangnya,hanya sedikit orang yang percaya padanya. Berbagai penganiayaan dan hinaan, bahkan beliau sendiri yang merasakannya. Dan tak jarang beliau dan para sahabatnya disiksa oleh kaum kafir Quraisy.
Semua itu tidak serta merta menyurutkan semangatnya dalam berdakwah. justru hal itu untuk menguatkan dan memperkuat ketekunannya dalam berdakwah.
Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam selalu berusaha untuk mencari alternatif lain agar berhasil dalam dakwah yang diajarkannya, misalnya dengan pergi ke Taif. Sayangnya, dia menerima penolakan yang lebih keras dari perkiraannya. Disakiti, dihina bahkan dilempari batu.
Namun, dia tidak menyerah. Beliau muncul di hadapan manusia, berdiri di hadapan suku-suku pada musim haji, seraya berkata:
أَلا رجلٌ يَحْمِلُنِي إلى قَوْمِهِ ، فإنَّ قُرَيْشًا قد مَنَعُونِي أنْ أُبَلِّغَ كَلامَ ربِّي
“Adakah seorang laki-laki yang mau membawaku kepada kaumnya, sesungguhnya orang-orang Quraisy telah melarang aku menyampaikan pesan Tuhanku.” (HR. Abu Dawud no. 4734, Tirmidzi no. 2925, Nasa’i dalam As-Sunan Al-Kubra no. 7727, Ibnu Majah no. 201, dan Ahmad no. 15192).
Banyak kabilah dan suku-suku yang menolaknya. Maka pada akhirnya Allah Ta'ala membuka hati sebagian dari kaum Ansar dan terjadilah baiat Aqabah. Beliau kemudian hijrah ke kota Madinah, kota kaum Ansar yang menjadi cikal bakal berdirinya negara Islam yang mulia ini.
3)_Pelajaran ketiga:Persahabatan yang penuh kesetiaan dan kebaikan.
Hal ini terlihat jelas pada penampakan Abu Bakar As-Shiddiq radhiyallahu 'anhu ketika mendengar Rasulullah sallallahu 'alayhi wasallam bersabda:
قَدْ أُرِيتُ دَارَ هِجْرَتِكُمْ؛ رَأَيْتُ سَبْخَةً ذَاتَ نَخْلٍ بيْنَ لَابَتَيْنِ
“Sungguh aku diperlihatkan negri tempat hijrah kalian dan aku melihat negri yang subur ditumbuhi dengan pepohonan kurma di antara dua bukit yang kokoh.”(HR Bukhari No.2297).
Mendengar hal itu, Abu Bakar pun buru-buru mempersiapkan diri untuk hijrah, namun Nabi sallallahu 'alayhi wasallam menghentikannya dan bersabda:
“Janganlah terburu-buru, karena saya berharap saya akan diizinkan (untuk berhijrah).”
Rasulullah sangat ingin berhijrah bersama Abu Bakar radhiyallahu 'anhu dan Abu Bakar juga mengharapkan hal yang sama. Ia menunggu perintah dan izin dari Allah Ta'ala agar Nabinya diperbolehkan berhijrah, sambil beliau memberi makan kedua hewan tunggangan miliknya dengan daun samur selama empat bulan.
4)_Pelajaran keempat:Pentingnya plening,perencanaan secara matang dan menggunakan seluruh sumber daya yang ada untuk merencanakan sesuatu.
Hijrah mengajarkan kita betapa perencanaan yang baik dan matang berperan penting dalam mencapai kesuksesan. Dan salah satu landasan perencanaan yang terpenting adalah menggunakan sumber daya yang ada secara wajar, efektif dan optimal.
Pada masa hijrah Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam, perempuan mempunyai peranan yang penting. Hal ini terlihat dari perkataan Aisyah radhiyallahu 'anha tentang dirinya dan adiknya Asma',
فَجَهَّزْنَاهُما أحَثَّ الجِهَازِ؛ وضَعْنَا لهما سُفْرَةً في جِرَابٍ، فَقَطَعَتْ أسْمَاءُ بنْتُ أبِي بَكْرٍ قِطْعَةً مِن نِطَاقِهَا، فأوْكَأَتْ به الجِرَابَ، ولِذلكَ كَانَتْ تُسَمَّى ذَاتَ النِّطَاقِ
“Lalu, kami mempersiapkan untuknya bekal dengan cepat dan sigap. Kami membuatkan untuk keduanya Sufrah (tempat membawa makanan untuk musafir) dalam Jirab (bejana tempat menaruh perbekalan). Kemudian Asma’ binti Abu Bakr memotong ikat pinggangnya, dan mengikatkan ke bejana tersebut. Dari situlah ia dinamai dengan dzatunnithaq (yang memiliki ikat pinggang).” (HR Bukhari no. 5807).
Di antara bukti perencanaan hijrah Nabi yang matang, seorang penggembala bernama Amir bin Fuhairah dengan sengaja menggiring kawanan hewan penggembalaannya melalui jalur Goa dengan tujuan untuk menghapus jejak kaki Nabi dan Abu Bakar radhiyallahu 'anhu yang mengarah kesana Kemudian beliau pun memberikan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam susu dari dombanya untuk diminum.
Bukti lainnya adalah Nabi sallallahu 'alaihi wasallam menyewa Abdullah bin Uraiqit sebagai pemandu jalan, yang mengetahui medan dan rute jalan menuju Madinah, meskipun ia seorang musyrik. Hal ini diperbolehkan sepanjang ia amanah dan profesional dalam pekerjaannya. Dengan demikian, orang tersebut mampu membimbing Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam dan Abu Bakar radhiyallahu 'anhu untuk menempuh jalan yang berbeda dengan jalan yang biasa ditempuh oleh manusia.
5)_Pelajaran kelima: yang dapat kita petik dari perjalanan hijrahnya adalah:
Kuatnya beliau di dalam bertawakal "menyerahkan segalanya kepada Allah Ta'ala".
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
اِنَّ الَّذِيْ فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْاٰنَ لَرَاۤدُّكَ اِلٰى مَعَادٍ
“Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali.” (QS Al-Qasas: 85).
Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: "Maksudnya dia akan membawamu kembali ke Makkah sebagaimana dia juga menyuruhmu meninggalkannya."
Mari kita lihat lebih dekat salah satu momen dalam kisah hijrahnya. Siapa lagi yang bisa menghalangi kaum musyrik untuk menemukan Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam, begitu mereka sudah berdiri berada di mulut gua, kalau bukan Allah Ta'ala?
Sampai-sampai Abu Bakar berkata: “Jika salah satu dari mereka melihat ke bawah kakinya, tentu dia akan menemukan kita. »
Maka Nabi sallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadanya:
ما ظَنُّكَ يا أبَا بَكْرٍ باثْنَيْنِ اللَّهُ ثَالِثُهُمَا؟!
“Tidakkah engkau beranggapan wahai Abu Bakr, bahwa jika ada dua orang, maka Allah yang ketiganya?” (HR Bukhari no. 3653 dan Muslim no. 2381).
Tawakal adalah jalan sukses menuju kemenangan; Cobaan yang dihadapi seseorang memang lebih berat, namun membuatnya lebih bertawakal kepada Allah Ta'ala. Maka yakinlah bahwa kemudahan dan pertolongan Allah Ta'ala semakin dekat menghampirinya.
Allah subhanhu wata'ala berfirman:
حَتّٰٓى اِذَا اسْتَا۟يْـَٔسَ الرُّسُلُ وَظَنُّوْٓا اَنَّهُمْ قَدْ كُذِبُوْا جَاۤءَهُمْ نَصْرُنَاۙ فَنُجِّيَ مَنْ نَّشَاۤءُ ۗوَلَا يُرَدُّ بَأْسُنَا عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِيْنَ
“Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan kaumnya) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada mereka (para rasul) itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang yang Kami kehendaki. Dan siksa Kami tidak dapat ditolak dari orang yang berdosa.” (QS Yusuf: 110).
Saat dunia ini terasa sempit, saat cobaan datang silih berganti, jangan pernah menyerah dan terus berusaha, bertawakal kepada Allah dan serahkan segala permasalahanmu kepada Allah Ta'ala. Sebab pertolongan-Nya terkadang datang di saat sang hamba hendak menyerah pada cobaan yang sedang menghampirinya.
6)_Pelajaran keenam: Hikmah hijrah yang dapat kita petik dari kisah Hijrah ini adalah menafsirkan kembali apa itu “Hijrah”.
Selain makna aslinya meninggalkan dan berpindah dari negeri kafir ke negeri Islam, hijrah juga diartikan meninggalkan kemaksiatan dan menjauhi dosa.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
“Seorang muslim (yang sempurna Islamnya) ialah (apabila) kaum muslimin (yang lain) selamat daripada (keburukan) lidahnya dan tangannya. Adapun muhajir (orang yang berhijrah) adalah seseorang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah Ta’ala.” (HR Bukhari no.10 dan Muslim no. 40).
Sesuai dengan makna hadis di atas, mari kita berusaha untuk terus beramal shaleh sehingga menjadikan kita seorang muhajir sejati. Orang yang hijrah karena Allah Ta'ala dan diberi hikmah untuk melakukan hal tersebut.
Semoga Allah menuliskan bagi kita semua sebagai hamba-Nya yang mampu hidup sesuai syariat dan sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, berpindah dari yang kurang baik ke yang lebih baik, dari kemaksiatan, kegelapan dosa ke keburukan menuju ketaatan. menuju terangnya hidayah dan cahaya keimanan.
Aamiin ya robbal 'alamiin.
Posting Komentar untuk "KENAPA NABI BERHIJRAH KE MADINAH"