BANGSA BESAR YANG MENGHARGAI JASA PAHLAWANNYA
BANGSA BESAR BANGSA YANG MENGHARGAI JASA PARA PAHLAWANNYA
Tanggal 10 November merupakan hari yang bersejarah dan diperingati sebagai Hari Pahlawan, perayaan ini dikarenakan adanya peristiwa sejarah yang melatarbelakanginya yaitu pertempuran tanggal 10 November di Surabaya.
Pernyataan Founding Fathers kita menyatakan dalam pembukaan UUD 1945 bahwa kemerdekaan adalah: Hak semua bangsa dan oleh karena itu kolonialisme (penjajahan) di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan kemanusiaan dan keadilan. Perjuangan masyarakat Surabaya merupakan uapaya mempertahankan NKRI, ini merupakan salah satu bentuk perjuangan melawan kezaliman dalam bentuk kolonialisme (penjajahan) fisik. Perjalanan “perang suci”(jihad) mempertahankan Tanah Air dan mengalahkan penjajah telah menjadi kenangan yang bersejarah.
Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya menunjukkan bahwa bangsa ini adalah bangsa yang mensyukuri nikmat negara yang kaya akan sumber daya alam, maka wujud rasa syukurnya adalah dengan memperjuangkan kemerdekaan sekaligus melindungi negara dari penjajah asing. negara-negara yang ingin menguasainnya lagi. Setelah merebut kemerdekaan tugas bagi penerus bangsa adalah mempertahankan eksistensi sebagai bangsa yang merdeka. Hal ini tidaklah mudah, terbukti pertempuran 10 November adalah sebagai usaha penjajah yang ingin Kembali menancapkan kuku-kuku imprealismenya di Bumi Pertiwi.
Sekarang usia negeri kita ini telah melampaui 75 tahun lebih, saatnya para pahlawan abad ini terus berupaya menjaga, merawat, mempertahankan jambrut di Katulistiwa ini terus menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur. Aamiin.
Pahlawan sebagai sosok yang lahir dan menjadi momen yang dibakukan sebagai perjalanan sejarah. Tentu saja penting kita mengakui dan memberikan tempat terhormat kepada para pejuang bersenjata yang telah mengorbankan jiwa, raga, bahkan nyawanya untuk NKRI. Tentunya dengan memohon keberkahan kepada Allah subhanhu wata'ala, kita berharap arwah para pahlawan kusuma bangsa mendapat tempat yang bermartabat di surga Jannatun Naim.
Pahlawan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah seseorang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya untuk melindungi kebenaran; atau pejuang pemberani, namun dalam asal usul atau turunan bahasanya berkaitan dengan kata pahala, dan akhiran -wan (menyebut seseorang) menandakan mereka yang tidak berpikir atau menerima pahala di dunia berupa material saja, tetapi berharap menerima pahala di dunia dan akhirat tentunya. Dan bagi mereka yang menerima kehidupan setelah pertempuran, imbalan dunia ini bisa berupa imbalan lain selain bergabung dengan militer, menjadi veteran, atau kembali ke masyarakat arus utama.
Bagi para pahlawan yang gugur seperti para syuhada dan veteran, kontribusi mereka merupakan jembatan emas, membantu setiap lapisan bangsa membangun Indonesia yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan bersama bagi seluruh rakyat Indonesia. Kemerdekaan Indonesia pada bulan Agustus 1945 banyak melahirkan para syuhada, pejuang dan pahlawan. Yang layak akan terus hidup sesuai janji Allah subhanahu wata'ala. Dalam surat Ali Imran ayat 169:
Alloh subhanahu wata'ala berfirman:
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًا ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ
Artinya: "Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya, mereka itu hidup dan dianugerahi rezeki di sisi Tuhannya." (QS. Ali Imran [3]: 169)
Tafsir Al-Wajiz / Profesor Syekh Dr Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqh dan tafsir di Suriah, memberikan penjelasan sebagai berikut:
Wahai Nabi dan semua orang yang mendengarkan, janganlah kalian mengira bahwa orang-orang yang mati syahid pada perang Uhud dan perang-perang lainnya. melainkan mereka hidup di kerajaan khusus yang tidak ada seorang pun yang mengetahui kehidupan di kerajaan ini kecuali Allah subhanahu wata'la. Disebutkan dalam hadits bahwa arwah para syuhada ditemukan di sungai yang berkilauan di gerbang surga dalam kubah hijau. Sesungguhnya orang-orang yang berada di surga mendapat makanan dan riizki.
Nabi saw menyampaikan hal ini kepada para syuhada Uhud, lalu Allah menurunkan ayat ini (Wa laa tahsabanna ladziina qutiluu...) Syukur kepada Allah SWT. adapun bagi para syuhada, pada kasus Perang Uhud ini bisa menjadi pahala bagi para pahlawan kusuma bangsa. Mereka menghidupkan medan kemerdekaan, demi kehidupan manusia di masa depan, dengan tujuan kemerdekaan hanya sekedar cita-cita, impian ratusan tahun.
Mereka para pahlawan yang berhenti denyut jantungnya, menjadi tameng syahid menghadapi senapan mesin, peluru senapan, meriam, granat tangan, bom dengan hulu ledak mematikan. Tubuh lemah mereka hanya tinggal kulit, tulang, dan daging, siap menerima hantaman dan deru peluru yang meledak. Kematian mereka pada hari-hari yang telah ditentukan, pada hari-hari yang oleh orang hidup dianggap sebagai kepulangan yang memilukan.
Tapi di mata Allah subhanahu wata'ala. Mereka ditinggikan derajat dan martabatnya, mereka hidup dalam kekekalan, dengan pahala kenikmatan di alam barzakh, kemudian di surga Allah subhanahu wata'ala. Lalu bagaimana dengan kita sebagai generasi penerus bangsa yang mandiri…? Bagi kita yang saat ini menikmati kemerdekaan melalui pengabdian kepada para pahlawan, hendaknya kita menyikapi ayat-ayat Alquran di atas dengan meneladaninya dan mungkin mengambil pelajaran darinya. . Jiwa kepahlawanan para syuhada Kusuma tidak boleh mati melainkan harus terus hidup. Kegiatan ini menghidupkan kembali semangat dan rasa kepahlawanan dengan memperingati tanggal 10 November yang merupakan Hari Pahlawan.
Pada saat itu perjuangan bersenjata sebenarnya telah berakhir, namun perjuangan non-materiil terus berlanjut. Proses penjajahan akan mengubah bentuk kehidupan yang wujudnya adalah kemalasan, kebodohan, keserakahan, korupsi, kolusi, dan disintegrasi bangsa. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa perang akan menjadi semakin sulit dan sengit. Sekali lagi, kita umat Islam harus waspada dan mawas diri. Umat Islam diajarkan untuk mensyukuri segala macam nikmat. Termasuk berkah atas betapa sulitnya kemerdekaan para syuhada dan pahlawan nasional. Berhati-hatilah umat sebagai peringatan dari Allah subhanahu wata'ala dalam surat Ibrahim ayat 7,
Alloh subhanahu wat'alla berfiman
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya: "Dan (Ingatlah), tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat pedih."(QS Ibrohim :7).
Kesadaran sebagai rasa sepenangungan bersama yang telah mentransformasikan suku-suku tersebut menjadi satu kesatuan bangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan pesan yang harus selalu diingat. Solidaritas dan persatuan bangsa adalah kata kunci bagi siapa pun yang akan memimpin negara ini, bagi generasi muda Indonesia, dan bagi kita semua. Bentuk rasa syukur ini menjadi pedoman kehidupan dan negara agar kita dapat mengelola sumber daya alam Indonesia menjadi sumber daya yang dapat membawa hasil yang bermanfaat. Sebaliknya, kekayaan sumber daya alam justru menjadi semacam mantra yang menidurkan kehidupan secara sewenang-wenang, pemanfaatannya melebihi batas, ironisnya kekayaan sumber daya alam Indonesia tidak lebih dari sebuah polemik perjuangan. bahkan dikuasai oleh korporasi. , kepentingan asing atau kepentingan segelintir orang dan kelompok saja, karena kita tidak bisa mengatasinya dengan terbatasnya akses pengetahuan dan minimnya peralatan.
Di tangan generasi, baik generasi tua maupun generasi muda, ikut serta menjadi pahlawan iptek, ilmuwan, bangsawan, politisi, ekonom, untuk memutus rantai siklus negatif.
Poin penting selanjutnya adalah mengaktifkan heroic spirit. Semangat kepahlawanan masyarakat Indonesia tidak boleh terkikis oleh sikap egois, ini cerminan kita semua. Sikap gotong royong, sikap tolong menolong sesama, sikap solidaritas dan persatuan. Budaya negara ini dikenal di seluruh dunia sebagai negara yang ramah dan murah senyum.
Hal ini diakui oleh orang asing, namun kita tidak bersahabat dengan tetangga, kolega, dan negara kita. Negara kita Indonesia mempunyai beragam budaya, agama dan kepercayaan namun saat ini terdapat kelompok yang menghasut kebencian dan tidak menghargai perbedaan. Hal ini merupakan cerminan kita semua, keberagaman dan keberagaman sudah lama ada dan berkembang di Indonesia, sehingga kita dihadapkan pada kewajiban untuk menghilangkan budaya, menghilangkan tradisi, menghilangkan keberagaman.
Sudah menjadi kewajiban kita semua, dengan momentum Hari dan Bulan Pahlawan ini, untuk menengok ke belakang dan mengapresiasi jasa para pahlawan founding fathers kita, termasuk para ulama diantaranya, kita semua berusaha mencari jalan tengah. sebagai bangsa yang berdasarkan Pacasila, UUD 1945 yang menjadi pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara.
Rasulullah willallahu ‘alaihi wasallam mengapresiasi para ahlu Badr (pahlawan perang Badar) yang “meski” melakukan kesalahan fatal. Kita tentu mengingat kisah Hathib Bin Abi Baltaah, Sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Yang melakukan kesalahan yang fatal, karena membocorkan rahasia 'negara' tentang rencana penundukkan kota Makkah oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka Hathib menulis surat kepada Abu Sufyan tentang rencana tersebut, setelah Rasul mendapatkan berita dari 'langit' maka diutuslah Sayyidina Ali untuk mencegat Wanita yang membawa surat tersebut, Sahabat Umar Bin Al-Khattab adalah Sahabat Nabi yang siap memenggal kepada Hathib karena 'pengkhianatannya', namun, saat Hathib menjelaskan sebab kelakuannya karena keluarganya yang masih ada di kota Makkah, kemudian Rasul memaafkan Hathib karena Hathib adalah Sahabat yang ikut berperang dalam Gozwatu Badrin, sehingga sebagai pahlawan Badar, mendapatkan keistimewaan dari Allah subhanahu wata'ala, dalam hadits disebutkan:
"Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id]; Telah menceritakan kepada kami [Laits]; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami (Muhammad bin Rumh); Telah mengabarkan kepada kami [Al Laits] dari [Abu Az Zubair] dari [Jabir] bahwa bahwa seorang budak Hathib datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengadukan tentang pribadi Hathib seraya berkata; "Ya Rasulullah, Sungguh Hathib pasti akan masuk Neraka." Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
'Kamu telah berdusta, dia tidak akan masuk ke neraka, karena dia pernah ikut serta dalam perang Badar dan perjanjian Hudaibiyah.'" (HR. Muslim).
Dari kisah di atas kita dapat mengambil hikmah dari seseorang yang sudah melakukan kesalahan yang fatal saja, mendapat ampunan Allah dan maaf dari Rasul shallallahu 'alaihi wasallam, karena telah berjuang dalam perang Badar, kitapun harus memberikan penghormatan dan penghargaan yang tinggi kepada para pahlawan, para pejuang yang telah bertaruh nyawa, demi kemerdekaan ataupun demi mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, berdoa untuk mereka, dan melanjutkan pembangunan negeri ini, dan menjaga setiap jengkal tanahnya dari ancaman musuh negara, semoga Allah SWT memberi mereka tempat terbaik di Surga, dan memberikan kekuatan kepada Pemimpin Bangsa dan seluruh rakyatnya untuk dapat mengisi kemerdekaan dalam berbagai aspek, sesuai dengan bidang dan lapangan perjuangannya masing-masing, dan kita menjadi pahlawan-pahlawan abad ini yang juga akan mendapatkan kemuliaan yang serupa dengan para pejuang dan pahlawan Bangsa ini. Aamiin.
Posting Komentar untuk "BANGSA BESAR YANG MENGHARGAI JASA PAHLAWANNYA"